Jumat, 15 Oktober 2010 | By: ABBEBE Glory Class of 2008

Dampak Cahaya terhadap Efektifitas Keselamatan Kerja



ABSTRACT
            in office buildings, lighting environment required for worker satisfaction, work quality and productivity. For this purpose, the light must meet the minimum requirements for visual comfort. In addition, light also plays an important role in creating the atmosphere of the room where the light affected the mood of the user space and user satisfaction. In the work space, good lighting conditions must be available. When lighting the lack of office space to meet, workers may feel uncomfortable and not satisfied so that it can reduce productivity. Environmental lighting and atmosphere affect user satisfaction through the design space and workspace lighting strategy.



ABSTRAK
           
            Dalam bangunan kantor, lingkungan penerangan dibutuhkan untuk kepuasan pekerja, kualitas kerja dan produktivitas. Untuk tujuan tersebut, cahaya harus memenuhi persyaratan minimal untuk kenyamanan visual. Selain itu, cahaya juga memainkan peranan penting dalam menciptakan suasana ruang dimana cahaya memberikan dampak terhadap mood pengguna ruang dan kepuasan pengguna. Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika pencahayaan dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak nyaman dan tidak puas sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan penerangan mempengaruhi kepuasan pengguna dan suasana ruang melalui desain ruang kerja dan strategi pencahayaannya.



DAFTAR ISI

ABSTRAK 
ABSTRACTION
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI. iv
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
      1.1 Latar Belakang 
1.2 Rumusan Masalah
      1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pencahayaan
2.2 Kualitas Pencahayaan
2.3 Sistem Pencahayaan
2.4 Karakteristik Sistem Penerangan
2.5 Sistem Penerangan
2.6 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis
2.7 Perawatan Sistem Pencahayaan
2.8 Pencahayaan dan Layar Monitor
2.9 Macam Pekerjaan
BAB III SIMPULAN
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

  
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2 
Gambar 2.3 
Gambar 2.4 



  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap temp at kerja. Untuk itu perlu dikembangkan dan ditingkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Kesehatan kerja yang optimal dapat dicapai antara lain dengan menyerasikan antara beban kerja, kapasitas kerja dan beban tambahan akibat lingkungan kerja. Dengan tercapainya keadaan kesehatan yang optimal maka produktivitas yang tinggi dapat terwujud. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri misalnya umur, masa kerja, status gizi, status kesehatan, lama tahun pendidikan.
Secara umum kita harus dapat menciptakan kondisi kerja sebaik-baiknya dengan jalan mengendalikan semua faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi pekerjaan dan efisiensi manusia, antara lain masalah pencahayaan. Pencahayaan untuk suatu tempat kerja memerlukan pengaturan tersendiri. Untuk mendapatkan kualitas pencahayaan pada suatu tempat yang memadai maka baik sumber pencahayaan maupun faktor lingkungan harus diperhitungkan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu, lebih dari itu pencahayaan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Pencahayaan yang baik juga dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi, dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesulitan serta tekanan penglihatan terhadap pekerjaan. Sebaliknya pencahayaan yang buruk akan mengakibatkan rendahnya produktivitas juga kualitas bagi pekerja.


1.2  Pembatasan Masalah
permasalahan yang dibahas dalam makalah ini mencakup pembagian pencahayaan berdasarkan sumbernya, system pencahayaan diruangan,  macam-macam system pencahayaan buatan, kualitas pencahayaan, karakteristik sistem penerangan, sistem penerangan, sistem kontrol cahaya otomatis, perawatan sistem pencahayaan, pencahayaan dan layar monitor, dan macam pekerjaan.


1.3  Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui pembagian pencahayaan berdasarkan sumbernya
·         Untuk mengetahui system pencahaan diruangan
·         Untuk mengetahui macam-macam system pencahayaan buatan
·         Untuk mengetahui kualitas pencahayaan


1.4  Manfaat Penulisan
Penulis
-          untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen kantor
-          Menambah pengalaman dan wawasan tentang ilmu manajemen kantor khususnya dalam masalah   keselamatan dan kesehatan kerja.
-          sebagai sarana menuangkan ide dan gagasan

Pembaca
-          Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
-          Mengetahui bagaimana cara mengelola kantor yang memberikan kenyamanan secara fisik dan keamanan asset kantor.




 BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENCAHAYAAN

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :

A. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

· Variasi intensitas cahaya matahari
· Distribusi dari terangnya cahaya
· Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
· Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

B. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
· Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami.
· Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
· Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah
· Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak
· Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
· Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:

· memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
·  mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
· melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin diterangi
· membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
· menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut.

Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang sumber pencahayaan di langit-langityang spektrum cahaya terlokalisir (localized lighting) atau dengan memasang sumber cahaya langsung ditempat kerja (local lighting)
Sedangkan untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

·         Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
·         Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
·         Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

·         Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

·         Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

 2.2    Kualitas Pencahayaan
Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a.   Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1.   Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
2.   Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya seperti ini.
Sumber-sumber  glare adalah sebagai berikut :
1.      Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.
2.      Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.
3.      Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.
4.      Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.
Metode-metode reduksi yang dapat dipakai untuk mereduksi silau :
1.      Reduksi luminansi sumber cahaya.
2.      Jauhkan sumber cahaya dari garis pandang.
3.      Posisikan jendela pada jarak yang sama dari aktivitas bekerja.
4.      Gunakan peralatan dengan permukaan yang dapat mendistribusikan cahaya.
5.      Posisikan kembali area kerja dan sumber cahaya untuk meminimasi refleksi cahaya.
6.      Gunakan level menengah untuk di luminansi secara umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pencahayaan :
1.      Menghindari penempatan sumber cahaya lansung pada pandang pekerja.
2.      Hindari penggunaan cat/warna yang mematulkan cahaya pada mesin, meja kerja.
3.      Gunakan pencahayaan visi untuk memberikan atmosfir kerja yang baik.
4.      Gunakan semakin banyak lampu, masing-masing dengan daya yang rendah dibandingkan menggunakan sedikit lampu dengan daya yang tinggi.
5.      Hindari sumber cahaya yang tidak stabil.
c.         Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.
Sumber-sumber yang lebih besar atau lampu-lampu yang berpendar dan bayangan yang lebih besar. Secara umum, bayangan digunakan untuk kerja pemeriksaan, seperti menunjukkan cacat pada permukaan.
d.      Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.




2.3 Sistem Pencahayaan
            McShane (1997) dalam Badru Munir  (2007)  mendeskripsikan bahwa 80% hingga 85% informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera penglihatan (mata), seperti membaca surat atau memerikasa tagihan pembayaran. Hal inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan meningkat apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai yang akan mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan padamaata, sehingga mempengaruhi fisiknya. Hali ini berdampak terhadap penurunan motivasi pegawai dan mengakibatkan kinerja pegawai menurun. Oleh karena itu, sistem pencahyaan yang efektif harus memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai denga tugas, ruangan, serta pegawai itu sendiri.
            Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru disebut efektif apa bila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan yang seimbang. Garris (2005) dalam Badru Munir (2007) memberikan aturan umum bahwa tingkat pencahayaan pada area tugas yang dibebankan kepada pegawai sebaiknya 2 hingga 3 kali pencahayaaan sekitar, 5 kali lebih terang dibandingkan dengn kantor secara keseluruhan dan 10 kali lebih terang dari lingkungan kantor.
            Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor, antara lain:
1.      Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.

2.      Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarng digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alas an kepraktisan. Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak terlalau membutuhkan tinggat penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan pekerjaa yang mmbutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.
                        Karena penggunaan jenis pencahayaan ini akan meningkat pada masa yang akan datan, berikut ini beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system pencahayaan task lighting, antara lain:
*      Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
*      Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
*      Tingkat kepantingan, kecepatan, dan ketepatan yang diharapkan dari pekrjaan yag dimaksud
*      Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
*      Jumlah dan jenis pekerjaan
*      Karakteristik pegawai secara individual dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti usia pegawai. Oegawai yang berumur 60 membutuhkan tingkat pencahayaan 2,5 klai lebaih banyak dibandingkan pegawai yang berumurr 25-an
*      Karakteristik fisik dari lingkungan kerja, seperti kantor terdpat di daerah yang rindang atau kebanyakan dikelilingi gedung perkantoran yang lain
*      Karakteristik ambient lighting yang telah digunakan
3.      Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4.      Natural lighting, biasanya beerasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau gelap. Untuk itu, perusahaan perlu menggunakan system pentimpanan cahaya materi (solar energy saving system) cahaya ijinis cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak mampu menjangkau ke area kerja, dan pada hari sangat terang, intensitas cahaya alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol. pegawai, yang area kerjanya menggunakan cahaya alami, harus berada pada kondisi dimana cahaya datang dari bahu kirinya jika ia menggunakan tangan kanan dan dari bahu kanan jika menggunakan tangan kidal. Seharusnya karyawan tidak menghadap jendela ppada posisi kerja normal. Apabila cahaya alami digunakan untuk menerangi area kerja, perlu dipertimbangkan dampak penggunaan temparatur udara terhadap ruangan kerja. Karena cahaya alami menghasilkan panas, pendingin udara harus digunakan-khususnya pada musim panas-untuk mengurangi efek panas tersebut.
Sementara itu, Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di kantor, yaitu:
1.      Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari
2.      Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling sering digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di perkantoran, meskipun fluorescent lebih efisien. Cahaya incandescent kadang kala digunakan untuk membuat panel cahaya tidak monoton dan digunakan untuk menarik perhatian pada beberapa area. Cahaya ini paling tidak efektif jika dibandingkan dengan energy yang dikonsumsi, meskipun biaya pemasangannya lebih murah dibandingkan dengan cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain adalah tidak tahan lama, warna yang dihasilkan tidak alami, memer;ikan banyak listrik, dan menghasilakn banyak bayangan serta silau. Pada beberapa perusahaan, panas yang digunakan sebagai sumber pemanas.
3.      Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan perkantoran dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai beberapa kelebihan:
*      Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
*      Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan incandescent
*      Mengkonsumsi lebih sedikit listrik
*      Keterangan yang diberikan lebih tersebar
*      Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahaya incandescent.
4.      High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah sesuatu yang baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah raga, yang memberikan pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah efeknya yang menyuilitkan untuk membedakan beberapa warna.

            Ada tiga parameter yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas pencahayaan kantor:
1.      Visiblity, pegawai harus dapat melihat degnan nyaman dan jelas
2.      Fokus, pencahayaan harus dapat memusatkan perhatiannya dalam melaksanan tugas yang diembannya.
3.      Image, dengan memodifikasi tingkat pencahayaan, yang meliputi pemilihan jenis lampu, jenis warna, serta intensitas cahaya akan membuat kesan yang berbeda bagi pegawai.

2.4 Karakteristik Sistem Penerangan
            System penerangan mempunya beberapa karakteristik yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam dua dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50 watt) dan foot lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya (Quible, 2001):
1.      Equivalent spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi sistem penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada area kerja dan benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk memberikan ukuran tentang keseragaman sistem cahaya.
2.      Visual comfort probability. Merupakan rasio tingkat terang langsung. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang. Untuk itulah peletakan peralatan dan perlengkapankantor juga perlu memperhitungkan kondisi yang dimaksud, sehingga pegawai terhindar dari kondisi tersebut.
3.      Task illumination. Dinilai dengan menggunakn=an ukuran foot-candle, alat ukur ini adakn mengukur jumaln cahaya pada area kerja. Ukuran ini tidak mengukur kualitas datu daya lihat pegawai. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan yang ckukup pada area kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan area perkantoran membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle

2.5 Sistem Penerangan
            Ada 5 jenis sistem penerangan yang dapat digunakan oleh organisasi, antara lain:
1.      Direct,dengan mengarahkan cahaya 90-100% secara langsung ke area kerja, sistem ini akan mengakibatkan munculnya silau dan bayangan karena hanya sedikit cahaya yang tersebar. Kecuali cahaya berada dekat satu sama lain, area kerja tidak akan mendapat cahaya yang sama.


Gambar 2.1 Direc
Sumber. Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie


2.      Semi direct,  dengan pencahayaan semi direct 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah dan sisanya diarakhakn ke atas lalu dilpantulkan kembali ke bawah. Sistem ini menghilangkan beberapa bayangan yang merupakan kelemahan sistem direct.


Gambar 2.2 Semi direct
Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie

3.      Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya yang desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari penerangan yang digunakan. Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan kemudian menyebar dan memantul ke area kerja.


Gambar 2.3 Indirect
Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie

4.      Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian dilantulkan ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini menghasilkan jumlah cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan indeirect, bayangan dan silau masih menajdi kendala bagi sistem semi indirect.


Gambar 2.4 Semi Indirect
Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie

5.      General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan sisanya diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya yang lebih dengan tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga lebanyak dari sistem semiindirect.
           
2.6 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis
            Sistem kontrol  cahaya otomatis kini mulai digunakan pada gedung perkantoran, meskipun tidak terlalu banyak yang menintegrasikan ke dalam sebuah sistem manajemen energy gedung (BEMS-building energy management system). Sistem ini mempunyai dampak positif pada konservasi energi, dan memungkinkan perusahaan untuk menutup biaya pembelian dalam waktu singkat.
            Salah satu jenis sistem ini adalah menggunakan sel cahaya untuk mengukur jumlah tenaga yang dibutuhkan pada beberapa area. Dengan dukungan mekanisme elektronik, sistem ini mampu menjaga tingkat pencahayaan yang diinginkan. Saat lampu bertambah tua dan kotor, cahaya yang  dihasilakan akan berkurang. Untuk mengatasinya, sistem ini meningkatkan jumlah cahaya untuk menjaga tingkat terang yang diinginkan. Pada area dekat jendela dan cahaya luar, sistem ini otomatis menyesuaikan kuantitas cahaya lampu agar tidak terlaklu terang akibat adanya cahaya dari luar. Keuntungan utama dari sistem ini adalah konsitensi cahaya yang didukungnya.
            Jenis sistem yang lain adalah mengetahui kehadiran orang pada areayang ditentukan. Sistem ini menggunakan dua jenis sensor; gelombang ultrasonic yang mendeteksi gerakan, dan sensor infra merah yang mendeteksi tubuh. Sensor ini berfungsi secara otomatis dengan mengaktikan sistem cahaya ketika seseorang masuk ke ruang kantor. Sistem ini akan mematikan cahaya ketika tidak mendeteksi kehadiranorang.

2.7 Perawatan Sistem Pencahayaan
            Semakin lama, lampu yang digunakan utnuk memberikan cahaya mulai berkurang. Penurunan cahaya lampu mulai terjadi pada kira-kra 100 jam penggunaan dan pada beberapa situasi, kadang kala lebih efektif mengganti dengan lampu yang baru, meskipun belum mati. Saat ini semakin banyak perusahaan menjalankan program penggantian lampu secara berkala pada area yang ditentukan. Jadwal penggantian mempertimbangkan umur lampu. Berdasarkan penghitungan, secara keseluruhan lebih efektif lebih dibandingkan menunggu sampai lampu benar-benar mati.
            Program pembersihan atap dan bagian permanen lain pada perkantoran secara berkala juga menjadi aspek penting dalam perawatn cahaya. Saat bagian tersebut semakin kotor, permukaan memantulkan cahaya tidak lagi efektif yang tentunya akan mengurangi keefektifan sistem penerangan. Kotoran atau debu ditambah usia pemakaian lampu yang sudah tua akan mengurani sahaya hingga 50%.

2.8 Pencahayaan dan Layar Monitor
            Untuk mendesain sistem penerangan yang efektif, keberadaan layar monitor akan menambah tingkat kompleksitany. Kurangnya perhatian pada pencahayaan yang sesuai dimana layar monitor berada dapat mengaakibatkan ganguan yang signifikan pada penglihatan karywan. Mendesai sistem penerangan pada sekitar layar monitor, antara lain:
1.Mengurangi silau dengan mengurnaig jumalah cahaya lampu aau cahaya alami mengenai laar monitor
2.Menggunakan layar monitor yang dapat diubah posisinya, sehingga bila cahaya yang mengenai layar monitor dianggap terlalu berlebihan dan mengakibatkan silau; pegawai akan menyesuaikan dengan menggeser layar monitor.
3.Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalakan silau.
4.Menggunakan layar untuk mengurangi jumlah cahaya pada layar monitor.
5.Meminimalkan jumah cahaya langsung mengarah ke bawah dan memaksimalkan jumlah cahaya yang tidak langsung pada area computer.
6.Menggunakan layar datar dari pada layar cembung.
Dari pembahasan diatas, berikut akan dibahas perbedaan penataan cahaya pada dua ruangan utama di sebuah kantor
1.Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu  fluorescent  yang linear, sedangkan yang terakhir menggunakan chandelier  dengan cahaya yang terfusi. Dengan cahaya yang tidak langsung dua ruangan terakhir akan menghasilakn cahaya yang lembut.
*      Penataan cahaya yang jelek. Penatacahayaan tidak focus pada meja itu sendiri sehingga tampak membosankan bagi peserta rapat.
*      Penatacahayaan yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari luar melalui jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar.
*      Penataan cahaya yang terbaik adalah dengna penatacahayaan yang berimbang, tampak lebih elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggukan dua hingga tiga jenis lampju yang dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dibutuhakn perserta rapat.
2.Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan pencahayaan yang secara visual melegakan.
*      Penataan cahaya yang baik adalah penatacahayaan telah memenuhi unsure yang baik. Cahaya difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau tamu deng kesna ruangan lebih lembut dan nyaman.
*      Penaracahyaan yang terbaik adalah penggunaan cahaya matahari membuat kesan kantor lebih alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat memfokuskan perhatian pengunjung pada resepsionis dan panapan nama perusahaan

2.7 Macam Pekerjaan
               
Macam Pekerjaan
Perhitungan Cahaya Dengan Foot-Candle
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan tajam. Imi meliputi perkerjaan yang mengenai huruf-huruf atau angka-angka lembut, perbedaaan warna yang samar-samar, atau pekerjaan untuk jangka waktu lama secara terus menerus.
Contoh: memeriksa perhitungan, melakukan pembukun, menggambar.

Pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan biasa
Contoh: membuat surat, mengurus arsip, pekerjaan di bagian pengiriman dan penerimaan surat.

Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sepintas
Contoh: ajtivitas dalam ruangan resepsi, tangga gedung, atau kamar mandi
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sederhana. Penerangan sebesar ini misalnya untuk lorong atau jalan lalu-lintas dalamgedung.
50







30



10


5

            Besarnya foot-candle dari cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu dapat diketahui dengan alat pengukur khusus untuk hal tersebut. Untuk mengetahui ketapatan jumlah ketepatan jumlah cahaya yang dipakai, dapat meminta bantuan dari perusahaan listik Negara yang meiliki alat itu. Sebagai patokan yang kasar dapat diingat bahwa senuah lampu biasa sebesar 50 watt mencarkan cahaya sebesar 3 foof-candle kepada permukaan di bawahnya yang sejauh 130 cm. jaerak 1,3 meter ini adalah kira-kira jarak dari sebuah lampu yang tergantung dalam rumah sampai ke permukaan meja.




  

BAB III
KESIMPULAN

3.1   KESIMPULAN
Penggunaan system pencahayaan dalam ruang kantor, sangat berpengaruh besar dalam peningkatan efisiensi kinerja karyawan. Karena itu untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika pencahayaan dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak nyaman dan tidak puas sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan penerangan mempengaruhi kepuasan pengguna dan suasana ruang melalui desain ruang kerja dan strategi pencahayaannya.



DAFTAR PUSTAKA


Zane, K. Quible. 2001. Administration Office Management an Introduction. 7th edition. New Jersey: Prantice Hall

Badri, Soekoco Munir. 2007. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Jakarta: Erlangga

Liang Gie, The. 2000. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Edisi 7. Yogyakarta: Berti




Dampak Cahaya terhadap Efektif Kerja compiled by:
Yeti Sugiarti
Chitra A. R
Mochamad Yusuf

2 komentar:

Posting Komentar